Jumat, 25 Oktober 2013

UNTUK SATU HATI
“kakak suaranya bagus banget sih.” Puji seorang gadis yang duduk di bangku kelas 3 smp pada laki – laki yang berada disampingnya, yang lebih tua 1 tahun dari gadis itu. “suara kakak jelek tau’ fan.” Elak laki – laki itu pada gadis yang di panggilnya fan itu. “menurut fanny suara yang paling bagus di dunia itu suaranya kak Deva.” Tegas fany sambil memandang deva dalam. “besok kakak udah masuk sekolah baru Fann. Kita udah ga satu sekolah lagi. Tapi aku janji bakalan antar jemput kamu.” Ucap deva mengacungkan jari kelingkingnya. Dan di balas oleh jari kelingingfanny yang kini mengait pada jari kelingking Deva. Hanya kenangan masa lalu yang terulas dalam memory bayangan Fanny. Hanya suara samar – samar mereka dahulu. Kini orang yang dicintainya itu berubah dan tak pernah menganggapnya ada ‘mana janji kakak buat selalu mngantar jemput aku ? kakak bohong. Kakak jahat sekarang’ batin fanny dengan air mata yang sudah hampir tumpah. Tiiinn..tiinn.. suara klakson mobil mengagetkan gadis ini dari lamunannya itu. Sebuah mobil avanza hitam telah berada tepat dihadaannya. Ia segera msuk kedalam mobil dan tak lupa menghapus air matanya terlebih dahulu. “kamu abis nangis ya fan ?” tanya Rivandi –cowok yang menjemputnya- “ngga kok kak. Temenin ke toko buku ya kak.” Pinta fanny pada Rivandi. Rivandi hanya mengangguk setuju. @toko buku “bentar ya fann kakak mau cari camilan dulu. Kamu masuk dulu. Nanti kakak susul deh.” Ucap Rivandi yang sibuk melepas sitbelt nya. “iya kak. Yaudah fanny turun dulu ya kak.” Ucap fanny dan segera turun dari mobil. Ia melangkahkan kakinya kedalam toko buku yang telah ramai didatangi banyak orang. Namun matanya hanya memandang ribuan buku dan mencari buku yang akan dia cari. Matanya berbinar ketika ia telah menemukan sebuah buku yang ia cari. Namun sedetik kemudian, mata itu tak kuasa menahan tangis setelah melihat seseorang yang selama ini dia kenal. Iya, sangat dia kenal. Deva, dia melihat deva tengah berada diantar ratusan orang di toko buku itu. Namun, siapa gadis itu ? gadis yang tengah bercanda ria ? wajah mereka seakan tak menyiratkan setitik kesedihan. Mata sipit itu tak mampu membendung ribuan buliran hangat yang ingin keluar dari matanya. Dia terpaku disitu tanpa memperdulikan orang lain disana. Rivandy datang membawa beberapa makanan ringan yang telah ia beli dari minimarket. Rivandy menatap gadisnya ini bingung. Ia tiba – tiba menangis padahal ia sudah mendpat buku yang ia cari. Lalu kenapa ia menangis ? Rivandy mengikuti sorot mata sipit itu. Dan pandangannya terhenti pada 2 remaja yang tengah memakai seragam putih abu – abunya, bercanda ria. Dan laki – laki iu sangat ia kenali. Rivandi mulai mengerti tentang apa yang terjadi. Ia menatap miris gadis nya ini. Ia tidak bisa melihat wanita ceria itu berubah menjadi wanita lemah yang terus menangis jika ia bertemu dengan laki – laki itu. “kamu kenapa fann ? udah dapet bukunya kan ? ayo kita pulang.” Ajak rivandy halus mengagetkan fanny. Fanny mengusap air matanya itu dan berharap kak Rivandi tak mengetahui ia baru saja nangis, namun percuma saja. Rivandi pun telah mengetahui bahwa gadisnya ini sedah rapuh. “ayo kak, ini udah selesai kok.” Ucap fanny mulai tersenyum. Setelah ke kasir untuk membayar buku itu, rivandy mengajak fanny ke danau yang tak jauh dari sana. Danau itu sangat indah, udara yang bertiup pelan sangat sejuk, dengan kicauan burung – burung yang terdengar sangat indah. Fannny dan Rivandy duduk disebuah kursi panjang dan menghadap kedanau itu. Suasana begitu damai, fanny hanya menatap kosong danau itu. Sedangkan Rivandi, ia tak mampu melihat gadis yang sangat ia cintai itu sedih, ia memilih membiarkan gadis itu bersama dengan ribuan lamunannya. “kakak bagus banget. Kakak yang buat ?” Ucap fanny berdecak kagum. “danau ini itu menjadi saksinya kita bertemu dan kita jadian. Makanya aku ngajakin kamu kesini. Tapi ada yang aku dekorasi sedikit sih.” Ucap Deva menatap lurus kedanau itu. “oh iya aku punya sesuatu buat kamu. Tunggu bentar ya.” Pamit deva yang kini meninggalkan fanny duduk sendiri. Deva kini datang membawa sebuah flowercrown yang telah ia rangkai khusus untuk fanny. Ia memakaikan flowercrown nya di kepala fanny “bagus banget kak.” Ucap fanny kagum. “fann.. mungkin beberapa minggu ini aku sibuk, jadi ga bisa ketemu kamu.” Ucp deva sedih. “tapi kakak janji, hanya kamu yang ada di hati kakak. Iya fann Cuma kamu yang akan jadi cintaku” lanjutnya yang kini tengah memeluk fanny erat. “would you make sure with your promise ?” tanya fanny “yes, i will promise that only you in my heart.” Ucapnya yakin Keramaian disekitar danau tak membuyarkan lamunannya. Ia tak peduli dengan sekitarnya . bahkan, ia tak sadar laki – laki yang berada disampingnya itu belum meningglkannya. “kakak kenapa ngingkarin janji ? dulu kakak bilang Cuma aku yang ada di hatinya kakak, lalu siapa gadis tadi ? apa itu kesibukan kakak ? apa aku punya salah sama kakak ?” batin fanny yang terus bertanya – tanya. “fann mau ?” tawar rivandy yang membuyarkan lamunannya. Fanny mengambil 1 bungkus chocolatos yang menjadi favoritnya selama ini. Ia kembali memutar memorynya tentang deva. Iya, selalu deva yang ia pikirkan tanpa melirik ada orang yang lebih memperhatikannya. “kakak.. itu chocolatos aku. kembaliin” pekik fanny mengejar deva. “kalo bisa kejar dan nangkep aku, bakal aku traktir es krim deh.” Ucap deva sambil berlari. “auu..” rintih fanny yang tersandung tali sepatunya sendiri. Deva pun menghentikan larinya dan menuju kearah fanny. “kamu gapapa kan ? apanya yang luka ?” tanya khawtir deva. “kakak kena. Sekarang ayok kakak nraktir aku. Dan kembaliin chocolatos aku.” Ucap fanny mengambil chocolatos dari tangan deva. “ah kamu curang. Yauda deh ayok aku traktir. Tapi chocolatosnya bagi dua ya” pinta deva membagi chocolatos menjadi 2. Fanny tersenyum getir mengingat semunya. Kenangan yang tak bisa untuk ia lupakan. “fann ayok pulang.” Ajak Rivandy mengagetkan fanny. “yaudah yuk ka” jawab fanny sambil berusaha tersenyum. Ia mencoba menguatkan kakinya untuk berdiri, namun ada suatu hal yang membuat ia kembali lemah. Ia melihat seseorang lelaki yang telah berada di perahu kecil di tengah danau bersama seseorang. Deva, selalu saja ia yang membuat fanny lemah. Rivandy bingung dengan tingkah Fanny. Fanny berusaha kuat dan tegar dengan semuanya. Ia pergi tanpa memperdulikan tatapan orang, termasuk Rivandy. Esoknya, dengan mata yang sembab Fanny mencoba memasuki gerbang yang sudah disambut dengan tatapan aneh dari teman dan adik kelasnya. Ia mencoba tak memperdulikan itu, namun tangan seseorang menghentikan langkahnya. Tangan yang selalu ada untuknya, tangan yang selalu menghapus air mataya, tangan yang selalu memeluknya saat rapuh. Iya, tangan itu milik Rivandy, hanya ia yang selalu peduli dengannya. Rivandy mengantarkan Fanny memasuki kelas. Selama pelajaran tadi Fanny tak pernah konsen dengan pelajaran. Kini bel pulang membuyarkan lamunannya. Ia berjalan menuju depan, namun di tengah lapangan basket, ada suara yang sangat ia kenal, suara yang selalu fanny rindukan. Pria itu duduk di tengah lapangan basket dengan piano putihnya. Entah bagaimana bisa piano itu sudah disitu. Fanny mecoba mendekati sosok itu. Dan ternyata sosok itu adalah Deva. Lelaki yang selalu ia rindukan. Ia menyanyikan sebuah lagu untuknya. Masihkah mungkin ku kembali tuk mengisi hatimu Yang jelas hatiku tak lagi sanggup jauh darimu Aku kan berjanji tak kan mengulang segala kesalahan Aku akan mengabdi pada 1 cinta yaitu dirimu Jujur kuhanya seorang lelaki yag terkadang tak lepas dari godaan Harus kumiliki kesempatan tuk menyayangmu lagi Ia menghentikan suara emasnya itu. Ia berjalan kearah fanny yang tak bisa berkata apapun. Kini Deva tepat berada didepan Fanny. Disudut lapangan itu ada seseorang yang tersenyum perih. Ia rapuh sekarang. Rivandy, seseorang yang harus tegar melihat gadisya bahagia dengan orang lain. “Maafin aku Fann, aku sayang sama kamu. Aku gabisa jauh dari kamu. Aku jujur, aku mulai sayang sama Resty, yang kemaren jalan ama aku. Namun ia udah aku anggap adik. Aku mau kita tetap seperti dulu” ucap Deva memegang tangan Fanny dan menatap matanya dalam Fanny masih terdiam dengan kebingungannya. Deva pun meneruskan lantunan suara indahnya itu. Kulihat kau ragu Adakah yang tlah menggantikanku Aku kan berjanji takkan mengulang segala kesalahan Aku kan mengabdi pada satu cinta yaitu dirimu Jujur ku hanya seorang lelaki yang tak lepas dari goda Kini suara indah itu tlah berhenti. Fanny memeluk Deva seakan tak mau melepaskannya. Ia menangis sesenggukan di pelukan Deva. “aku sayang sama kakak. Jangan tinggalin aku” ucap fanny disela – sela tangisnya itu. “udah dong jangan nangis. Rivandy yang udah nyadarin aku, dia memang sahabat terbaikku. Dia juga yang ngebantuin ini” ucap Deva membelai halus rambut fanny Rivandy berjalan gontai kearah 2 insan yang sedang di mabuk cinta ini. Dia berusaha tersenyum. Dia berusaha tegar. “ciye sohib gue ama adek gue udah baikkan. Longlast ya. Gue seneng bnget deh. Traktirannya jangan lupa yaks” ucap Rivandy dengan nada sok tegarnya. Rivandy mulai berjalan menjauhi kedua orang ini. Namun suara Fanny memanggil rivandy untuk berhenti. “makasih kak. Karena kakak aku baikan ama Deva. Gatau deh kalau ga ada kakak. Kakak memang kakak terbaikku” ucap polos fanny. Fanny berlari memeluk Rivandi yang sudah ia anggap kakak. Ia tak sadar ada rasa yang lebih dari Rivandi. Rivandy membalas pelukan itu dengan tulus. Ia berusaha tersenyum atas perkataan fanny yang hanya mnganggapnya kakak ini. Ia melepas pelukan dari adik tersayang nya ini. Lalu menatap dalam gadis ini. ‘Biarin cukup aku aja yang sakit fan. Aku sayang sama kamu. Tapi kamu lebih sayang sama Deva. Biarin aku aja yang mendam perasaan ku. Selamanya aku akan terus sayang sama kamu..’ batin Rivandy yang telah menjauh dari fanny dan deva Deva berlutut di depan fanny. Ia memberikan sebuah rangkaian bunga yang indah. “so, Fannya Rizkyta, would you be my girl again?” tanya Deva. “emang kita udah putus ya ?” tanya polos fanny. Deva beranjak dari posisisnya tadi dan mengacak gemas poni Fanny. Ia memeluk gadis ini dengan erat. Seakan tak mau berpisah lagi dengan gadis ini. ‘gue tau loe sayang sama fanny,Ndy. Gue bodoh udah nyia- nyiain dia. Gue janji akan selalu sayang dan ngejaga fanny. Dia satu – satunya wanita yang ada dihati gue’ batin Deva yang memeluk gadisnya ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar